SELAMAT BERKUNJUNG KE BLOG SAYA
Code CBox milik sahabat sendiri
Ingin Widget ini ?
Klik di sini

Kamis, 13 Maret 2014




Etika Berkompetisi Dalam Pemilu Legislatif Bagi Partai Dakwah

Berkompetisi menjadi sesuatu yang mulia ketika dilakukan dalam hal kebaikan, termasuk dalam tarbiyah dan dakwah. Urgensi kompetisi terlihat dalam beberapa hal berikut:
Pertama: Sesungguhnya berkompetisi dalam kebaikan adalah sifat para nabi dan malaikat. Allah SWT berfirman memuji beberapa orang nabi-Nya,
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu berkompetisi/bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada kami dengan harap dan cemas” (Al-Anbiyaa’: 90)
Sebagaimana Allah Taala bersumpah dengan para malaikat-Nya dengan menyifati mereka dalam firman-Nya,
فَالسَّابِقَاتِ سَبْقًا
“Dan (Malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang.” (An-Naazi’aat: 4)
Ali RA menafsirkan ayat tersebut dengan mengatakan, “Yakni para malaikat yang mendahului syetan dengan (membawa) wahyu kepada para nabi ‘alaihimussalam“. Hal ini juga dikatakan oleh Masruq dan Mujahid. Versi lain riwayat dari Mujahid dan Abi Rauq, maksud ayat ini adalah para malaikat yang mendahului manusia dalam kebaikan dan amal shalih”[1].
Kedua: Berkompetisi dalam kebaikan dan amal shalih merupakan Mathlab Syar’iy (tuntutan syar’i), sebagaimana Allah SWT memerintahkan hal ini dalam banyak ayat, di antaranya firman Allah,
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Berkompetisilah/berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga” (Ali Imran: 133 dan Al-Hadiid: 21)
Dan firman-Nya,
 وَفِي ذَٰلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ
“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berkompetisi.” (Al-Muthaffifin: 26)
Dan firman-Nya,
“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan.” (Al-Baqarah: 148)
Ibnu Sa’di mengatakan, “Barangsiapa yang berkompetisi di dunia menuju akhirat, maka dialah yang dahulu menuju surga di akhirat. Untuk itu, orang-orang yang mendahului (As-Saabiqun) adalah makhluk yang paling tinggi derajatnya”[2].
Ketiga: Berkompetisi dalam kebaikan adalah jejak dan wasiat Rasulullah SAW yang diwasiatkan kepada para sahabatnya. Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya orang-orang fakir dari kaum Muhajirin pernah mendatangi Rasulullah SAW, lalu mengadu, “Orang-orang kaya pergi membawa derajat yang tinggi dan tempat yang bergelimang nikmat. Nabi bertanya, “Apa itu?” Mereka berkata; Mereka shalat sama seperti kami shalat, dan mereka berpuasa sama seperti kami berpuasa, hanya saja (bedanya) mereka memiliki kelebihan harta sehingga mereka bisa menunaikan ibadah haji, umrah, berjihad dan bersedekah (dengan hartanya sementara kami tidak bisa karena miskin). Lalu beliau bersabda,
أَفَلاَ أُعَلِّمُكُمْ شَيْئًا تُدْرِكُونَ بِهِ مَنْ سَبَقَكُمْ وَتَسْبِقُونَ بِهِ مَنْ بَعْدَكُمْ وَلاَ يَكُونُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ إِلاَّ مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعْتُمْ”. قَالُ:وا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: “تُسَبِّحُونَ وَتُكَبِّرُونَ وَتَحْمَدُونَ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ مَرَّةً
“Apakah kalian ingin aku ajari sesuatu yang (jika kalian amalkan) kalian dapat mengungguli orang-orang yang mendahului kalian, dan mengalahkan orang-orang setelah generasi kalian. Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama dari kalian, kecuali orang yang mengamalkan hal yang sama seperti yang kalian amalkan?” Mereka menjawab, “Ya, wahai Rasulullah”. Beliau bersabda, “Kalian bertasbih, bertahmid dan bertakbir setiap selesai shalat (masing-masing) sebanyak 33 kali[3].
Keempat: Kompetisi dapat menstimulasi motivasi dan mengobarkan semangat jiwa-jiwa yang loyo dan malas. Sebab, seseorang dalam bekerja maupun berkarya akan berbeda kualitasnya jika ada kompetisi di dalamnya, dibanding jika tidak ada kompetisi. Maka, kompetisi itu bak baterai yang mengeces dan memberi energi baru bagi seseorang untuk bergerak meraih puncak prestasi. Karena itu, sebagian orang ada yang mendefinisikan At-Tanaafus (kompetisi) dengan “Naz’ah Fithriyah (naluri fitrah) seseorang yang mengajak kepada pengerahan segenap kemampuan dan tenaga menuju keunggulan dan kemenangan”[4]. Dengan demikian, tidak salah jika dikatakan bahwa kompetisi itu wasilah min wasaaili’l fauz (salah satu sarana menuju kemenangan).
Kelima: Kompetisi menguak potensi-potensi manusia yang terpendam dan membuka kekuatan tekad mereka, sekaligus juga menjelaskan titik lemah dan kekurangan mereka.
Anas bin Malik RA meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW pernah mengambil pedang dalam perang Uhud (tahun 3 H), lalu bersabda, “Siapa yang siap mengambil pedang ini dariku?” (Maksudnya; siap berkompetisi di medan perang). Maka, para sahabat membentangkan (mengangkat) tangan mereka, masing-masing mereka mengatakan, “Saya” (menunjukkan kesiapannya). Lalu beliau SAW bersabda lagi, “Lantas siapa yang mau mengambilnya dengan menunaikan haknya?” (Maksudnya: mau mengambil pedang itu siap menggunakannya melawan musuh-musuh Allah di medan jihad). Maka, orang-orang pun terdiam membisu. Tiba-tiba berkatalah Abu Dujanah RA, “Saya siap mengambil pedang itu dan menunaikan haknya”. Segera, ia mengambil pedang tersebut dan memporakporandakan barisan kaum musyrikin”[5].
Hadits ini menunjukkan keberanian Abu Dujanah yang bernama asli; Simak bin Kharsyah RA, tadhhiyah (pengorbanan)nya dan kejujurannya dalam jihad. Dan sama sekali tidak menunjukkan ketakutan para sahabat lainnya RA. Sesunggunya mereka diam, tidak mengambil pedang tersebut karena khawatir mereka tidak mampu memenuhi syarat dan menunaikan haknya. Mereka mengangkat tangan mereka pertama kali, menunjukkan kesiapan mereka mengambil pedang tersebut dan menggunakannya untuk berperang tanpa syarat[6].
Keenam: Semangat berkompetisi dan bersegera dalam kebaikan wajib diwujudkan sebelum datang rintangan yang menghalangi seorang hamba mentaati Rabb(Tuhan)nya. Sebab, umur manusia singkat, sementara ajal seseorang tidak ada yang tahu dan rintangan dan halangan banyak. Dalam hitungan menit bahkan detik, seorang yang sehat, bisa saja mendadak sakit. Usia muda dan fisik yang prima, dalam hitungan tahun bisa menjadi tua dan lemah. Hidup dan mati pun terasa tipis jaraknya, karena orang yang segar bugar pun bisa saja mati mendadak dengan takdir Allah SWT.
Untuk itu, Rasulullah SAW telah mewanti-wanti hal ini dengan sabdanya,
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا،
 يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
“Bersegeralah untuk mengerjakan amal-amal (shalih), sebelum nanti terjadi banyak fitnah seperti potongan malam yang kelam/gelap gulita. Sehingga seseorang di waktu pagi mukmin, dan sore hari berubah menjadi kafir. Atau hari mukmin, dan pagi hari berubah menjadi kafir. Ia menjual agamanya dengan sedikit/sesuatu yang remeh dari dunia”[7].
Ketujuh: Sesungguhnya orang yang berkompetisi dan bersegera dalam kebaikan adalah lebih unggul dan lebih mulia daripada orang-orang yang lamban dan malas.
Allah SWT berfirman,
“Dan orang-orang yang beriman paling dahulu. Mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah.” (Al-Waaqi’ah: 10-11)
Dan firman-Nya,
“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai ‘uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk [Maksudnya: yang tidak berperang Karena uzur] satu derajat. kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar.” (An-Nisaa’: 95)
Juga firman Allah SWT,
“Dan Mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). mereka lebih tingi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik.” (Al-Hadiid: 10)



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar